Dewi Kunti juga diceritakan dalam cerita Kunti Sraya bertapa
di Pura Dalem untuk memohon agar bencana wabah penyakit
yang menyerang Kerajaan Indra Prasta segera dapat diatasi
oleh Dewi Durgha. Saat Dewi Kunti diuji agar menyerahkan
salah seorang putranya sebagai santapan Dewi Durgha, ternyata
Dewi Kunti bersikap ragu-ragu. Cinta Dewi Kunti pada putra-putranya
menyebabkan Dewi Kunti ragu-ragu mengorbankan putra-putranya
itu. Antara cinta pada anak dan bakti pada Tuhan dengan
keikhlasan berkorban sungguh sesuatu yang sulit.
Karena keragu-raguannya itulah roh Raksasa Kalika masuk
ke dalaman diri Dewi Kunti. Karena ada roh Kalika dalam
diri Dewi Kunti maka Sahadewa, putranya, diseret dijadikan
persembahan untuk santapan Dewi Durgha. Dewi Kunti benar-benar
telah kehilangan kesadaran diri sebagai ibu. Tetapi Sahadewa
sangat ikhlas berkorban demi keselamatan negara. Karena
keikhlasannya itulah Dewa Siwa masuk ke dalam diri Sahadewa.
Karena ada Dewa Siwa di dalam diri Sahadewa maka dua raksasa
yaitu Kalantaka dan Kalanjaya yang menyebarkan wabah di
Indra Prastha dapat dikalahkan oleh Sahadewa.
Demikian juga Dewi Kunti dapat diselamatkan dari pengaruh
roh Kalika, sehingga Dewi Kunti kembali sadar sebagai sedia
kala. Inilah yadnya seorang putra kepada negara dan kepada
ibunya. Dalam cerita Kunti Sraya ini ada nilai-nilai kehidupan
yang patut kita renungkan. Dewi Kunti meskipun sebagai ibu
dari Pandawa, saat ada masalah negara ikut juga berusaha
berjuang mengatasi masalah negara meskipun dalam wujud doa.
Doa sesungguhnya amat utama dalam menuntun hidup agar rohani
selalu terawat dengan baik. Karena rohani itulah sebagai
kemudi kehidupan manusia. Dewi Kunti dalam usaha mulianya
mendapatkan godaan besar menjadi korban raksasa Kalika.
Sahadewa sebagai putra berhasil membangun kekuatan spiritual
dari Dewa Siwa, hal itu pun terjadi karena usaha Dewi Kunti
yang sampai menjadi korban kemasukan roh jahat Kalika. Sebagai
putra, Sahadewa pun bangkit menyelamatkan negara dari bencana
dan juga menyelamatkan ibunya dari pengaruh buruk Kalika.
Negara Indra Prastha dan Ibu Kunti pun selamat dari bencana.
Ceritra ini sebagai visualisasi pengabdian ibu dan putranya
untuk keselamatan negara. Usaha ibu dan putra dalam menyelamatkan
negara ini patut menjadi sesuluh antara generasi tua dan
muda dewasa ini. * I Ketut Gobyah
Rabu, 19 Oktober 2011
Minggu, 09 Oktober 2011
Oldig on ekspresion
Orang tua ini tak pernah merasa lelah walau sudah usia senja,, beliau adalah seorang tukang banten yang selalu rajin Ngayah di Pura,,
Maxhelar is............
Mohon dukungan dan Doa dari saudara2 semua,, besok saya akan mengikuti lomba Lawak di UNHI denpasar,, semoga lancar,, aman dan terkendali,,,, Sesuatu banget,,,, hahayyyy
Sabtu, 08 Oktober 2011
Dinamisnya Barong
Barong Ket atau Barong Keket
adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan
paling sering dipentaskan serta memiliki pebendaharaan gerak
tari yang lengkap. Dari wujudnya, Barong Ket ini
merupakan perpaduan antara singa, macan, sapi atau boma.
Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari
kulit, ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya
dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip
pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak.
| |
Untuk menarikannya Barong ini diusung oleh
dua orang penari yang disebut Juru Saluk / Juru
Bapang, satu penari di bagian kepala dan yang lainnya
di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong Keket ini
melukiskan tentang pertarungan kebajikan (dharma)
dan keburukan (adharma) yang merupakan paduan yang
selalu berlawanan (rwa bhineda). Tari Barong Ket diiringi
dengan gamelan Semar
Pagulingan.
Kamis, 06 Oktober 2011
Barong Ket
Dalam serangkaian Utsawa Bali Sani II Universitas Hindu Indonesia (UNHI) denpasar melaksanakan beberapa jenis lomba yang bertujuan untuk melestarikan seni dan budaya.
Beraneka jenis lomba-lomba diadakan, salah satunya adalah Lomba Bapang Barong dan Kendang.
Rabu, 05 Oktober 2011
Senin, 03 Oktober 2011
Langganan:
Postingan (Atom)