Rabu, 19 Oktober 2011

Kunti Sraya perform

Dewi Kunti juga diceritakan dalam cerita Kunti Sraya bertapa di Pura Dalem untuk memohon agar bencana wabah penyakit yang menyerang Kerajaan Indra Prasta segera dapat diatasi oleh Dewi Durgha. Saat Dewi Kunti diuji agar menyerahkan salah seorang putranya sebagai santapan Dewi Durgha, ternyata Dewi Kunti bersikap ragu-ragu. Cinta Dewi Kunti pada putra-putranya menyebabkan Dewi Kunti ragu-ragu mengorbankan putra-putranya itu. Antara cinta pada anak dan bakti pada Tuhan dengan keikhlasan berkorban sungguh sesuatu yang sulit.
Karena keragu-raguannya itulah roh Raksasa Kalika masuk ke dalaman diri Dewi Kunti. Karena ada roh Kalika dalam diri Dewi Kunti maka Sahadewa, putranya, diseret dijadikan persembahan untuk santapan Dewi Durgha. Dewi Kunti benar-benar telah kehilangan kesadaran diri sebagai ibu. Tetapi Sahadewa sangat ikhlas berkorban demi keselamatan negara. Karena keikhlasannya itulah Dewa Siwa masuk ke dalam diri Sahadewa. Karena ada Dewa Siwa di dalam diri Sahadewa maka dua raksasa yaitu Kalantaka dan Kalanjaya yang menyebarkan wabah di Indra Prastha dapat dikalahkan oleh Sahadewa.
Demikian juga Dewi Kunti dapat diselamatkan dari pengaruh roh Kalika, sehingga Dewi Kunti kembali sadar sebagai sedia kala. Inilah yadnya seorang putra kepada negara dan kepada ibunya. Dalam cerita Kunti Sraya ini ada nilai-nilai kehidupan yang patut kita renungkan. Dewi Kunti meskipun sebagai ibu dari Pandawa, saat ada masalah negara ikut juga berusaha berjuang mengatasi masalah negara meskipun dalam wujud doa.
Doa sesungguhnya amat utama dalam menuntun hidup agar rohani selalu terawat dengan baik. Karena rohani itulah sebagai kemudi kehidupan manusia. Dewi Kunti dalam usaha mulianya mendapatkan godaan besar menjadi korban raksasa Kalika. Sahadewa sebagai putra berhasil membangun kekuatan spiritual dari Dewa Siwa, hal itu pun terjadi karena usaha Dewi Kunti yang sampai menjadi korban kemasukan roh jahat Kalika. Sebagai putra, Sahadewa pun bangkit menyelamatkan negara dari bencana dan juga menyelamatkan ibunya dari pengaruh buruk Kalika.
Negara Indra Prastha dan Ibu Kunti pun selamat dari bencana. Ceritra ini sebagai visualisasi pengabdian ibu dan putranya untuk keselamatan negara. Usaha ibu dan putra dalam menyelamatkan negara ini patut menjadi sesuluh antara generasi tua dan muda dewasa ini. * I Ketut Gobyah

Minggu, 09 Oktober 2011

Oldig on ekspresion

Orang tua ini tak pernah merasa lelah walau sudah usia senja,, beliau adalah seorang tukang banten yang selalu rajin Ngayah di Pura,, 

Maxhelar is............

Mohon dukungan dan Doa dari saudara2 semua,, besok saya akan mengikuti lomba Lawak di UNHI denpasar,, semoga lancar,, aman dan terkendali,,,, Sesuatu banget,,,, hahayyyy

Sabtu, 08 Oktober 2011

Dinamisnya Barong



Barong Ket atau Barong Keket adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan serta memiliki pebendaharaan gerak tari yang lengkap. Dari wujudnya, Barong Ket ini merupakan perpaduan antara singa, macan, sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak.


Untuk menarikannya Barong ini diusung oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk / Juru Bapang, satu penari di bagian kepala dan yang lainnya di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong Keket ini melukiskan tentang pertarungan kebajikan (dharma) dan keburukan (adharma) yang merupakan paduan yang selalu berlawanan (rwa bhineda). Tari Barong Ket diiringi dengan gamelan Semar Pagulingan.





Kamis, 06 Oktober 2011

Dewa wedding Ceremony





Barong Ket


Dalam serangkaian Utsawa Bali Sani II Universitas Hindu Indonesia (UNHI) denpasar melaksanakan beberapa jenis lomba yang bertujuan untuk melestarikan seni dan budaya.
Beraneka jenis lomba-lomba diadakan, salah satunya adalah Lomba Bapang Barong dan Kendang.

Rabu, 05 Oktober 2011

barong on shoooottt



saya dapatkan ini saat Lomba bapang barong di UNHI Denpasar tanggal 4 Oktober 2011